Visit Indonesia Year 2008 : Banda Aceh


Pemerintah Indonesia menetapkan tahun 2008 sebagai Tahun Kunjungan Indonesia (Visit Indonesia Year/VIY 2008), dengan mengambil momentum peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Visit Indonesia Year 2008 dijadikan sebagai tonggak kebangkitan pariwisata Indonesia dengan mengoptimalkan promosi di dalam dan luar negeri agar target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 7 juta pada tahun 2008 dapat tercapai.

Selain itu, menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Visit Indonesia Year 2008 juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sektor pariwisata dengan mengajak serta partisipasi seluruh komponen masyarakat untuk ikut ambil bagian dan menyukseskan Tahun Kunjungan Indonesia 2008. "VIY juga untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat nasional maupun internasional."

Penyelenggaraan Tahun Kunjungan Indonesia (Visit IndonesiaYear 2008) yang berlansung selama satu tahun tersebut akan digelar lebih dari 100 event akbar berskala internasional tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Sebagai rangkaian dari mensukseskan program Visit Indonesia Year 2008, berikut ini kami sampaikan tentang keindahan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang pada tanggal 26 Desember 2007 lalu memperingati 3 tahun tragedi bencana alam tsunami yang merenggut ratusan sanak saudara dan harta benda mereka.

Nanggroe Aceh Darussalam, yang terletak di ujung Barat Indonesia ini sebenarnya menyimpan kekayaan cagar alam yang indah dan elok. Sebelum bencana itu datang, wilayah yang kental dengan budaya Islam juga menyimpan sejumlah bangunan bersejarah bekas peninggalan raja-raja yang pernah berkuasa di negeri ini.

Aceh merupakan salah satu kota sejarah, bukti perlawanan masyarakat Islam Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Saksi sejarah peristiwa bersejarah itu adalah bangunan megah yang berbentuk masjid yang diberi nama Masjid Raya Baiturrahman. Masjid berkubah tunggal ini dibangun pada tanggal 27 Desember 1883. Diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935 dan menjadi 5 kubah pada tahun 1968. Beberapa tempat wisata menarik lainnya di Nanggroe Aceh Darussalam adalah :

Taman Putroe Phang

Taman Putroe Phang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1608-1636) atau disebut juga Gunongan. Sultan Iskandar Muda Membangun Taman Putroe Phang untuk Permaisurinya, Putri Pahang. Menurut sejarah, Putri Pahang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang, Malaysia. Sultan yang mengetahui kerinduan permaisurinya kemudian membangun taman sari ini, berbentuk menyerupai bukit-bukit yang terdapat di Pahang.

Aslinya Putri Pahang atau Putroe Phang bernama Putri Kamaliah. Namun rakyat Aceh memanggilnya dengan sebutan Putri Pahang. Putri Phang tidak hanya cantik, tapi beliau juga seorang wanita yang cerdas. Beliau adalah penasehat suaminya dalam pemerintahan. Seperti terlihat dalam semboyan yang banyak dikenal dalam kehidupan bermasyarakat.

Beliau juga membuat hukum tentang perlindungan anak dan perempuan. Hukum ini kemudian diterjemahkan dan diwujudkan oleh putri beliau, Ratu Safiatuddin sehingga di Aceh Besar dan Aceh Pidie, hukum waris tidak saja berdasarkan pada hukum Islam. Tapi juga dipengaruhi oleh hukum adat. Misalnya oleh orang tua, rumah selalu diwariskan pada anak perempuan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan munculnya sebutan "Porumoh" (pemilik rumah) untuk istri dalam masyarakat Aceh.

Pinto � Khop

Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara Istana dan Taman Putroe Phang. Pinto Khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah. Pintu Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang. Tak jauh dari Pinto Khop terdapat pula Gunongan. Disanalah dayang-dayang membasuh rambut sang putri. Di sana juga terdapat kolam untuk sang putri mandi bunga. Ditempat itu pula oleh Sultan dibangun sebuah perpustakaan dan menjadi tempat sang putri serta suaminya menghabiskan waktu sambil membaca buku selepas berenang, keramas dan mandi bunga.

Kerkhoff (Perkuburan Belanda)

Kerkhoff adalah suatu areal, tempat penguburan serdadu-serdadu Belanda yang tewas selama peperangan dengan Kerajaan Aceh Darussalam. Disini dimakamkan kira-kira 2.200 serdadu termasuk Jenderal Kohler, yang tewas ditembus peluru mujahidin Aceh di depan Mesjid Raya Baiturrahman. Nama-nama dimana mereka tewas tertera jelas dipintu gerbang Kerkhoff.

Kuburan Kerkhoff, adalah kuburan militer Belanda pada waktu Perang Aceh. Kompleks kuburan ini terletak di kota Banda Aceh, dan sekarang menjadi objek wisata menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara (terutama wisatawan asal Belanda).

Sebagaimana diketahui bahwa Kerajaan Aceh dan rakyatnya sangat gigih melawan Belanda yang memerangi Aceh. Rakyat Aceh mempertahankan Negerinya dengan harta dan nyawa. Perlawanan yang cukup lama mengakibatkan banyak korban dikedua belah pihak.

Bukti sejarah ini dapat ditemukan di pekuburan Belanda Kerkhoff ini. Disini dikuburkan kurang lebih 2000 orang serdadu Belanda, dan termasuk di antaranya serdadu Jawa, Batak, Ambon dan beberapa serdadu suku lainnya yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Hindia-Belanda. yang kuburannya masih dirawat dengan baik. Hingga saat ini Pemerintah Kerajaan Belanda sangat haru dan menghormati warga Banda Aceh yang merawat dengan rapi kuburan tersebut.

Kuburan Kerkhoff Banda Aceh adalah kuburan militer Belanda yang terletak di luar negeri Balanda yang terluas di dunia. Dalam sejarah Belanda, Perang Aceh merupakan perang paling pahit yang melebihi pahitnya pengalaman mereka pada saat Perang Napoleon. Sebaliknya tidak terhitung banyaknya rakyat Aceh yang tewas dalam mempertahankan setiap jengkal tanah airnya yang tidak diketahui dimana kuburnya.

Benteng Indrapatra

Benteng Indrapatra terletak dekat pantai Ujong Batee, Menurut Riwayat dibangun pada masa Pra Islam di Aceh yaitu dimasa Kerajaan Lamuri. Dibuat dari Beton Kapur, cukup kuat untuk mempertahankan diri dari serangan Portugis dimasa lalu.

Benteng peninggalan Hindu yang dibangun Sultan Iskandar Muda itu memiliki keunikan pada arsitektur bangunannya. Benteng itu juga menjadi saksi hadirnya kebudayaan selain Islam di Serambi Mekah.

Dari jejak arsitektur yang ada, Benteng Indra Patra diperkirakan dibangun pada abad ke tujuh oleh Kerajaan Lamuri. Pada awalnya, ada tiga bagian besar di benteng tersebut dan yang paling luas berukuran 70 x 70 meter dengan tinggi dinding tiga meter lebih. Sayangnya, seiring dengan perjalanan waktu, jumlah benteng itu kini hanya tersisa dua.

Bagian lain benteng adalah tempat pertahanan yang langsung menghadap ke Selat Malaka, sehingga terlihat strategis. Sedangkan di sisi lain, ada sebuah ruangan yang sangat kokoh berukuran 35 x 35 meter dan tinggi 4 meter. Bahkan, untuk mencapai ke bagian dalam benteng harus dilakukan dengan memanjat dinding. Kini Kantor Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Aceh terus merenovasi benteng tersebut.

Iboih dan Gapang

Iboih dan Gapang adalah dua desa tempat peristirahatan bagi wisatawan yang melakukan wisata bawah air. Pada lokasi ini tersedia fasilitas peralatan penyelaman bagi para turis atau wisatawan yang ingin menikmati keindahan laut pulau ini.

Dari tempat ini, para wisatawan juga bisa mendapatkan keterangan jenis flora dan fauna serta biota laut yang hidup di sepanjang pantai dan kedalaman selat saat snorkling atau menyelam, Perjalanan menuju ke Iboh kurang lebih 1 jam dengan taksi atau angkutan umum minibus. Di samping itu juga terdapat hutan wisata Iboih dan berdampingan dengan Pulau Rubiah yang meiliki Taman Laut yang kaya terumbu karang.

Selain keindahan laut, di lokasi ini, para wisatawan juga menikmati area wisata hutan. Pada area seluas 14 hektar ini juga ditumbuhi oleh hutan mangrove di sepanjang pinggir pantai. Walaupun jumlahnya sempat berkurang akibat terjangan tsunami 2004 lalu, namun ekosistem tumbuhan hutan masih tetap terjaga hingga saat ini.

Danau Laut Tawar

Danau ini sangat indah dan terletak dekat kota Takengon, Ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. Meskipun luasnya jauh lebih kecil dari Danau Toba di Sumatera Utara namun keindahannya memiliki daya tarik yang sama. Bahkan di sini juga menyimpan berbagai legenda yang dilestarikan secara lisan dikalangan masyarakat setempat. Ikan Depik merupakan salah satu jenis ikan yang tidak ada di berbagai tempat lain diberbagai pelosok. Bahkan mungkin satu-satunya spesies ikan yang ada di dunia dan hidup di Habitat Danau Laut Tawar ini dan muncul hanya pada musim tertentu.

Danau Aneuk Laot

Danau Aneuk Laot berbeda dengan danau Luat Tawar, danau ini berada ditengah-tengah kota Sabang, Danau Aneuk Laut merupakan Panorama yang indah untuk dinikmati dimalam hari selain tempatnya sejuk kita juga bisa menikmati lampu-lampu kota dari atas bukit Kota atas Sabang. Danau ini merupakan sumber mata air bagi seluruh penduduk pulau. Pada pendudukan kolonial Belanda di Aceh danau ini mampu mengalirkan air tawarnya hingga ke pulau Weh.

Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh Sabang

Di Taman Laut Pulau Weh, Sabang terdapat terumbu karang, baik karang yang keras maupun karang yang lunak dengan berbagai jenis, bentuk dan warna, yang kesemuanya membentuk gugusan karang yang menarik untuk dinikmati, antara lain karang dengan nama daerahnya karang lupas, karang rusa, karang kerupuk. Taman Alam Laut Pulau Weh memiliki potensi wisata alam laut yang cukup beragam seperti berbagai jenis ikan karang yang berwarna-warni dan formasi terumbu karang yang sangat indah dan menarik dan juga terdapat gejala alam seperti gua-gua di bawah laut.

Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di Taman Laut Pulau Weh yakni dengan menikmati wisata tirta seperti berselancar, naik sampan, berenang, memancing, serta menyelam untuk menikmati alam bawah air dengan keanekaragaman terumbu karang serta ikan-ikan karangnya yang indah.

Untuk mencapai lokasi ini dari kota Medan, bisa melakukan perjalanan terlebih dahulu ke kota Banda Aceh dengan jarak tempuh 8 - 10 jam melalui transportasi darat. Dilanjutkan dengan melakukan perjalanan ke pelabuhan Malhayati yang hanya berjarak tempuh 20 - 30 menit.

Dengan menumpang kapal Ferry, perjalanan dilanjutkan ke pelabuhan Sabang selama 2 jam. Wisatawan bisa menikmati pemandangan laut dari atas kapal pada saat cuaca cerah. Dari situ, perjalanan akan dilanjutkan kembali melalui jalur darat ke pulau Web selama 1 - 1,5 jam.

Cara pencapaian: Medan - Banda Aceh ditempuh dengan bus 8 � 10 jam, dilanjutkan ke Pelabuhan Malahayati 20-30 menit, kemudian menggunakan feri ke Pelabuhan Sabang dua jam. Pelabuhan Sabang � lokasi 1-1,5 jam dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum.

Untuk mempersingkat perjalanan, wisatawan cukup bisa memangkas lama perjalnaan dari kota Medan ke banda Aceh selama 45 menit. Sedangkan perjalanan ke Pelabuhan Malhayati dan ke pelabuhan Sabang hingga ke pulau Weh tetap menggunakan transportasi darat. Atau jika berminat, wisatawan bisa melakukan perjalanan laut dari Pelabuhan Belawan ke pulau Weh, dengan singgah di pelabuhan Malayahati dan pelabuhan Sabang.

Taman Wisata Laut Kepulauan BanyakTaman

Taman Wisata Alam (laut) Kepulauan Banyak terdiri dari 99 buah pulau besar dan kecil, diantaranya Pulau Balai, Pulau Tuanku, Pulau Teluk Nibung dan Pulau Bengkaru. Merupakan perwakilan tipe ekosistem terumbu karang penghalang, lamun, mangrove, hutan hujan dataran rendah.

Kawasan yang memiliki potensi keanekaragaman ekosistem terumbu karang yang tinggi terletak pada perairan antara Teluk Nibung dan Pulau Bengkaru, serta perairan sebelah timur bagian selatan Pulau Tuanku dan Pulau Tuanku. Jenis-jenis karang penyusunnya antara lain karang jamur, karang jarum, karang otak, karang daun, karang api, karang biru, karang kipas laut, dan karang lunak seperti akar bahar, serta sponges yang banyak ditemukan pada bagian-bagian lembah terumbu karang.
Rumput laut umumnya terdiri dari jenis Thallasia sp, Halodule wringhtii, Hallophylla sp, Sargassum sp.

Jenis-jenis mollusca antara lain lola (Trochus niloticus), keong kepala kambing (Cassis cornuta), keong terompet (Charonia tritonis), lola putih (Tectus pyramis), beberapa jenis kima (Tridacna sp), batu laga (Turbo marmoratus), Conus sp., Nautilus, tripang hitam, tripang pasir, tripang malam dan tripang susu. Sedangkan mamalia laut yang dapat dijumpai pada musim-musim tertentu antara lain duyung (Dugong dugong), lumba-lumba (Delphinus capensis) dan ikan paus biru (Balaenoptera musculus)

Cagar Alam Jantho

Wisata alam yang terletak di kabupaten Jantho ini dikenal menyimpan kekayaan alam jenis flora dan faunanya. Cagar alam Jantho ini bahkan dijadikan sabagi salah satu 'paru-paru' bagi dunia dalam keseimbangan ekosistem dalam kaitannya pemanasan global.

Jenis Flora yang bisa didapati diantaranya hutan Pinus, Mampre, Jambu air, Gleum, Bremen, Sampang, Ara, Damar, Medang, Kayu hitam, Beringin, Meranti, Kandis, Rambutan hutan, Tampu, Ketapang, Medang ara, Lukup, Tampang, Lawang, Semiran, Anang, Jenarai, Kerakau, Rengen, Merbau.

Sementara keanekaragaman fauna yang bisa dijumpai seperti siamang, Owa, Macan dahan, Kucing Hutan, Rusa, Kijang, Kancil, Napu, Gajah, Kambing Hutan, Beruang, Trenggiling, Kukang, Kuao.

Kawasan Jantho hingga kini masih menjadi kawasan lindung bagi pemerintah daerah Nangroe Aceh Darussalam. Unutk mencapai lokasi, pengunjung bisa melakukan perjalanan dari kota Banda Aceh menuju Jantho yang berjarak 50 kilometer dengan transportasi darat. Dilanjutkan menuju ke taman cagar budaya yang berjarak 9 kilometer.(Her/Ijs)

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 
Design by Automotive | Bloggerized by Free Blogger Templates | Hot Deal